Wisuda Institut Kesenian Jakarta : Hadapi Revolusi Indusri 4.0
Institut Kesenian Jakarta, (IKJ) menggelar acara wisuda tahun akademik 2018-2019 pada Kamis, (12/12) di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Pada tahun akadamik ini IKJ melepas sebanyak 353 wisudawan yang terdiri dari jenjang D3, S1 dan Sekolah Pascasarjana. Untuk Fakultas Seni Rupa (FSR) IKJ sendiri telah melepas 125 wisudawan dari 5 pogram studi.
Pada kesempatan tersebut Dekan Fakultas Seni Rupa IKJ, Dr. Indah Tjahjawulan menyampaikan
pentingnya Pendidikan Tinggi Seni dan sangat dibutuhkan,
Melalui Pendidikan Tinggi Seni, Indonesia dapat memiliki sumber daya manusia yang mumpuni, atau mastro-maestro seni. Dengan meningkatkan kapasitas akademik dalam bidang seni, juga dapat mendorong lebih banyak riset seni dan inventarisasi potensi seni Indonesia”, ujarnya.
“Seni juga dapat menjadi penggerak ekonomi kreatif. Bahkan jika kita melihat pendidikan adalah penghasil sumber daya sebagai pendukung ekosistem 16 sub sektor ekonomi kreatif, hampir semua subsektor, atau tepatnya 12 subsektor sumber daya berasal dari Pendidikan Tinggi Seni/Fakultas Seni dan Desain, antara lain: sub sektor Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Desain Produk, Fashion, Film, Animasi dan Video, Fotografi, Kriya, Musik, Seni Pertunjukan, dan Seni Rupa, Televisi”, tambahnya.
Selanjutnya dalam menghadapi Industri 4.0 bagi IKJ sendiri perlu menyiapkan SDM dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan terkait proses pembelajaran terkini, memberikan pemahaman kepada dosen terhadap generasi Z dan generasi berikutnya, menyiapkan pengetahuan kepada seluruh dosen bagaimana situasi pendidikan saat ini, mengubah budaya, dan memberikan pengetahuan agar memahami regulasi yang dikeluarkan oleh Dikti.
IKJ perlu mempelajari dan memahami semua kebijakan dan peraturan Dikti, agar bisa menyiasati “ketidakpahaman” pemerintah terhadap “keilmuan” Seni yang belum terakomodasi dalam regulasi pemerintah. “Dalam hal ini, Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Seni Indonesia (BKS-PTSI) dapat menjadi mitra pemerintah dalam menyusun kebijakan yang lebih tepat bagi Pendidikan Tinggi Seni”, ungkap Dr. Indah Tjahjawulan.
Selain itu, program studi seni di IKJ juga harus aktif bergaul dengan program studi sejenis dan indutri terkait melalui jaringan asosiasi program studi, asosiasi profesi, asosiasi industri, dan komunitas terkait seni untuk bersama-sama memberikan pemahaman kepada pemerintah.
Dari segi regenerasi dosen, IKJ perlu lebih dini menyiapkan dosen-dosen dari generasi milenial yang relatif lebih paham budaya mahasiswa yang diajarnya. Karena belajar seni saat ini tidak seperti masa lalu yang berorientasi pada kompetensi kesenimanan dan pendekatan “belajar pada seniman senior”. Belajar di era saat ini bisa dari mana saja. Tentu pengalaman “belajar dengan seniman senior” perlu, tetapi itu hanya salah satu cara dari beragamnya cara belajar.
Dr. Indah Tjahjawulan menjelaskan pembelajaran di era 4.0 adalah berpusat pada siswa. Artinya, IKJ juga harus memperbaiki metode belajar yang lebih adaptatif pada gaya hidup generasi Z, yang digital native. “Memperbaiki kurikulum, metode pembelajaran, teknologi pembelajaran adalah sebuah keharusan. Namun, yang paling penting adalah Dosen sebagai pendidik harus memahami, dalam mengajar, harus selalu mengikuti mahasiswa yang akan terus berubah. Tidak mungkin jika dosen mengajar berpuluh-puluh tahun dengan cara yang sama”, jelasnya.
Sementara itu, Rektor IKJ Dr. Seno Gumira Ajidarma, S.Sn., M.Hum memberikan motivasi kepada wisudawan, “Seni saat memang tidak lagi begitu eksklusif dalam wilayah otonomi seniman karena setiap kelompok sosial melahirkan senimannya sendiri dan kedudukan seni yang dilahirkannya adalah setara. Namun tidak kah ini tandanya penghargaan terhadap seni semakin tinggi karena semakin dikenal dan diakrabi”, tuturnya.
“Ketika seni yang dimurni-murnikan justru paling mahal harganya seantero negeri menjadi sekedar bukti bahwa kehadirannya diakui. Kawan-kawan yang pintar, terpelajar dan akan menghadapi dunia nyata percayalah bahwa seni bukan hal yang asing lagi. Dengan segala Kreatifitas, keterampilan siasat dan nyali janganlah sudi hanya terserap dalam dunia yang menjadi pasar dan berjuanglah untuk mengubahnya mulai hari ini”, tutup Rektor IKJ.