Perancangan Branding Kota Bontang Kalimantan Timur
Karya ini masuk kedalam pameran SSN- Sharing Screening Networking ” Pameran Tugas Akhir Mahasiswa Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa IKJ”
Detail Karya Mahasiswa:
Pembimbing I : Adityayoga, M.Sn.
Pembimbing II : Cecil Mariani, MFA.
Deskripsi Karya
Latar Belakang Masalah
Place Branding adalah salah satu strategi komunikasi yang digunakan dalam bentuk citra sebuah tempat/lokasi berdasarkan identitasnya yang khas, unik, berbeda satu dengan yang lainnya. Kota Bontang merupakan kota berbasis gas dan kondesat yang kaya akan potensi di Indonesia. Kota ini terus berbenah guna mempersiapkan era pasca migas dengan potensi lainnya, seperti alam bahari, kuliner, tradisi, budaya dan kesenian. Namun sangat disayangkan kota ini belum memilki strategi komunikasi dan visual untuk memperkenalkan potensinya kepada khalayak umum. Dengan perancangan brand Kota Bontang, dapat memberikan keuntungan dan manfaat bagi berbagai pihak terutama masyarakatnya sendiri. Brand yang tertanam melalui strategi positioning kota di benak masyarakat akan menciptakan reputasi dan citra positif sesuai dengan potensi kotanya melalui pesan yang berkarakter sehingga dapat meningkatkan keunggulan kompetitif daerah secara internal maupun eksternal.
Solusi
Bagaimana membangun brand Kota Bontang sebagai salah satu kota yang berpotensi di Kalimantan Timur?
Konsep Perancangan
Gagasan Umum
Desain Komunikasi Visual (DKV) merupakan cabang ilmu desain yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan kreatif, teknik dan media dengan memanfaatkan elemen-elemen visual untuk menyampaikan pesan untuk tujuan tertentu. Kata visual mempunyai arti, yaitu segala sesuatu yang dapat dilihat dengan indra penglihatan. Dalam branding, visual memberikan peranan grafik, serta metode yang digunakan agar audiens dapat terpengaruhi dengan tujuan membangun sebuah kesan merek yang kuat dan selalu diingat.
Dapat dikatakan sebagai disiplin yang terlibat dalam menciptakan dan mempertahankan sebuah merek dan mengingatkan sebuah merek melalui media atau komponen visual. Sehingga dalam place branding mampu menyampaikan suatu pesan dengan mengidentifikasikan dan menjaga karakteristik inti desain yang dibuat, serta mewujudkan segala sesuatu untuk kepuasan tujuan dan harapan masyarakat yang akan menggunakannya.
Sebelumnya diketahui bahwa sebuah brand tidak hanya sebagai simbol yang membedakan produk satu dengan yang lainya, tetapi brand adalah segala sesuatu yang muncul di pikiran konsumen ketika mereka memikirkan produk tersebut. Dapat bersifat nyata, tidak berwujud, psikologis, dan sosiologis dari sebuah produk (Kapfere 1997). Brand adalah janji, big idea, dan ekspektasi yang tertanam pada pikiran konsumen tentang sebuah produk, layanan, atau perusahaan.
Dengan kata lain membangun sebuah branding kota adalah dengan cara mempresentasikan secara visual dan ekspresi verbal dimana sebuah brand memiliki janji yang harus dijaga, janji tersebut adalah konsistensi (Wozniak, Curt & Kevin Budelma: 2010).
Dalam proses perumusan gagasan perancangan branding Kota Bontan Kalimantan Timur diperlukan landasan teori dan riset sebagai acuan untuk memudahkan proses penyusunan konsep desain.
Strategi Komunikasi
Pesan komunikasi yang ingin disampaikan adalah Kota Bontang sebagai kota yang menekankan ikatan (bond) atau hubungan (sebuah tindakan, keberadaan, pengalaman dari suatu tempat). Secara harafiah, ikatan/mengikat memiliki makna menyatukan, menguatkan/mengeratkan, menggabungkan atau menghubungkan, dan menjalin sebuah hubungan.
Mengangkat kata ‘ikatan’ sebagai esensi pesan dalam memperkenalkan Kota Bontang kepada masyarakat dalam maupun luar daerah, seperti bersatu dengan alam bahari (bond with the nature), terikat dengan orang-orangnya (bond with the people), bersatu dengan budaya dan kesenian (bond with the art and culture), terikat dengan cita rasanya (bond with the taste), dan menjalin hubungan dengan industrinya (bond with the industry), serta bersatu dengan semangatnya (bond with the spirit).
Dalam perancangan strategi komunikasi branding Kota Bontang, menempatkan Bontang sebagai rumah, tempat bernaung, dan kota kelahiran bagi masyarakatnya.
Jika melihat dari asal muasal kota Bontang, terbentuknya kota ini sendiri tidak lepas dari peran penduduknya. Semula Bontang hanya lah sebuah desa kecil yang kemudian berkembang pesat sebagai kota pesisir aktif di kegiatan maritim, hal ini mendatangkan para pendatang dari berbagai penjuru daerah dan menjadi cikal bakal kota Bontang.
Kota ini mempertemukan dan mempersatukan keberagaman penduduknya dari latar belakang sosial maupun budaya dalam satu ikatan. Ikatan persaudaraan yang terbentuk dari pengalaman kondisi, komitmen dan kompromi yang sama dalam menjalani hidup di Kota Bontang.
Maka dari itu, dengan memanfaatkan insight (wawasan) yang didapatkan, sebagian besar masyarakatnya memiliki kenangan yang selalu dirindukan dari Kota Bontang sebagai kota kelahiran sekaligus rumah (hometown). Kenangan tersebut yang selalu ‘membawa’ mereka kembali ke kota ini.
Perasaan hangat dari pengalaman yang pernah dilalui di masa lampau memberikan kesan dekat (familiar) dengan Kota Bontang. Dapat dikatakan ikatan emosional yang ada pada masyarakat Bontang ini berdasar pada kedekatan, keterlibatan (pengalaman), kepercayaan, dan juga kompromi.
Dalam strategi komunikasinya, ikatan atau ‘Bond’ dari Kota Bontang dibagi menjadi 5, yaitu Bond with nature (alam), Bond with the art and culture (seni dan budaya), Bond the taste (kuliner), Bond with the people (masyarakatnya), dan yang terakhir adalah Bond with the spirit (semangatnya).
Bontang tumbuh menjadi salah satu kota yang patut diperhitungkan dalam koridor ekonomi, sosial, dan budaya. Ikatan yang tercipta di Kota Bontang sesuai dengan motonya, yait
menjunjung tinggi kebersamaan dan semangat persatuan untuk lebih mengenal Kota Bontang, kota yang penuh keragaman ini. Berdasarkan survei data masyarakat Kota Bontang, pendekatan yang dilakukan dalam perancangan branding ini adalah dengan tali hubungan emosional antara Bontang dan masyarakatnya melalui kenangan atau memori yang tercipta berdasarkan pengalaman dan kesan mengenai kota ini.
Dalam strategi komunikasi Kota Bontang menggunakan bahasa sehari-hari dalam 2 jenis bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Serta beberapa bahasa Bontang, yaitu bahasa yang berkembang di percakapan sehari-hari masyarakat Bontang. Tujuan penggunaan bahasa tersebut adalah untuk lebih mendekatkan atau mengakrabkan (familiar) komunikasi dengan bahasa sehari- hari yang mereka gunakan. Mengingat penduduk Kota Bontang yang beragam, memiliki beberapa kesamaan dengan beberapa bahasa daerah lainnya seperti Bugis, Banjar, dan Kutai.
Strategi Media
Dalam perancangan branding Kota Bontang ini, strategi media yang digunakan terbagi atas identitas, publikasi, promosi, dan interaktif, Identitas terbagi menjadi Graphic Standard Manual, Stationery, dan Gimmick/Merchandise. Untuk publikasi ada sosial media, katalog atau majalah internal. Kemudian untuk promosi dibagi menjadi 2, yaitu print ad (media cetak).
Sumber Pustaka/ link
Anholt, Simon. 2006. How the World Views Its Cities: Second Edition. New York: GMI.
Cahyaningtyas, June & Issundari, Sri. 2016. Place Branding dalam Hubungan International. Sleman: Deepublish Publisher.
Carter, David E. 1999. Branding: The Power of Market Identity. Hearst Books International.
Chiaravalle, Bill & Scheck, Barbara Findlay. 2007. Branding for Dummies. Canada: Wiley Publishing, Inc.
Govers, Robert dan Frank Go. 2009. Place Branding: Global, Virtual and Physical Identities, Constructed, Imagined and Experienced. United States: Palgrave Macmillan.
Kotler, Philip & Pfoertsch, Waldemar. 2006. B2B Brand Management. Germany: Springer Berlin.
Landa, Robin. 2011. Graphic Design Solutions: Fourth Edition. Boston: Wadsworth.
Macmillan, Palgrave. 2009. Place Branding and Public Diplomacy. Vol. 5, 1, 26- 37.
Meuser, Philipp dan Daniela Pogado. 2010. Construction and Design Manual & Wayfinding and Signage. Singapore: Page One Publishing.
Moilaen, Teemu dan Seppo Rainisto. 2009. How to Brand Nations, Cities and Destinations. New York: Palgrave Macmillan.
Moser, M. 2006. Unite We Brand: Menciptakan Merek Kohesif yang Dilihat, Didengar, dan Diingat. Jakarta: Erlangga.
Rivas, Miguel. 2013. Integrated City-Brand Building: beyond the Marketing Approach. Utretcht: Urbact.
Rustan, Surianto. 2009. Mendesain Logo. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Scmoll, G.A, 1977. Tourism Promotion International. London: Press (hal. 30). Simanjuntak, Bungaran Antonius, Flores Tanjung & Rosramadhana Nasution.
- Sejarah Pariwisata. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor.
Sons & Wiley, John. Designing Brand Identity. 2006. New Jersey: John Wiley Sons.
Wozniak, Curt, Yang Kim & Kevin Budelmann. 2010. Brand Identity Essentials. Singapore: Page One Publishing Pte Ltd.
Yoeti Oka A. 1985. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa.
Yananda, M. Rahmat, dan Salamah, Ummi. 2014. Branding Tempat: Membangun
Kota, Kabupaten, dan Provinsi Berbasis Identitas. Jakarta: Makna Informasi.
Bontangkota.go.id. Arti Lambang Daerah. http://www.bontangkota.go.id/arti- lambang-daerah/ (diakses Jumat, 26 April 2019 pukul 14:52 WIB)
Bontangkota.go.id. Sejarah Bontang. http://www.bontangkota.go.id/sejarah- bontang/ (diakses Jumat, 26 April 2019 pukul 10:43 WIB)
Bontangkota.go.id. Destinasi Wisata Bontang. http://www.bontangkota.go.id/2017/03/06/destinasi-wisata-bontang/ (diakses Jumat, 26 April 2019 pukul 11:25 WIB)
Kanal Informasi. 2019. Pengertian Kuliner. https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-kuliner (diakses Selasa, 8 Oktober 2019 pukul 21:40 WIB)
Simanjuntak, Juan. 2017. Gammi Bawis, Warisan Bontang yang Terasa Panas dan Langka. https://www.kompasiana.com/fujiwaratofushop/59eb4525ff2405113a7bf142/g
mmi-bawis-warisan-bontang-yang-terasa-panas-dan-langka (diakses Selasa, 8 Oktober 2019 pukul 21:43 WIB)