Perancangan Kampanye Slow-Fashion Di Indonesia
Karya ini masuk kedalam pameran SSN- Sharing Screening Networking ” Pameran Tugas Akhir Mahasiswa Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa IKJ”
Detail Karya Mahasiswa:
Pembimbing I: Dionisius Bowo, M.Sn.
Pembimbing II: Isworo Ramadhani, S. Sn.
Deskripsi Karya
Latar Belakang Masalah
Fenomena fast fashion dalam dunia bisnis mode ini merupakan fenomena yang memungkinkan sebuah perusahaan untuk dapat melayani permintaan konsumen atas tren desain produk terbaru pada waktu puncaknya dengan sebuah sistem yang mengurangi lead time dalam proses manufakturnya (Cachon & Swinney, 2010). Menurut Rahmiati (2016) fast fashion adalah konsep yang akan terus mempengaruhi industri fashion sampai beberapa dekade mendatang dan akan memberikan dampak yang langsung terhadap cara konsumsi manusia dan reaksi merea terhadap tren berbusana.
Industri fashion ini sebetulnya sangat bergantung pada ketersediaan sumber daya alam. Hampir setiap tahapan dalam rantai proses industri ini melibatkan air. Sebagai contoh yaitu dalam pembuatan katun memerlukan kurang lebih 2.700 liter air untuk proses pembuatannya. Sementara pembuatan setengah kilogram benang membutuhkan lebih dari 50liter air. Ketergantungan ini menjadikan industri pakaian masuk dalam daftar 10 besar industri di dunia yang menggunakan dan mencemari air.
Solusi
Mengapa Slow Fashion harus menjadi kebiasaan yang diterapkan oleh masyarakat Indonesia dan bagaimana cara mengemas isu Slow Fashion dalam bentuk visual?
Konsep Perancangan
Gagasan Umum
Industri pakaian adalah salah satu industri dengan progress tertinggi di dunia termasuk Indonesia. Dalam negeri, industri pakain telah menyumbang kontribusi Pendapat Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 3,76% persen dengan nilai ekspor USD 13,29 milyar pada tahun 2017 dan telah meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa industri pakaian memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pakaian juga tidak luput dari kehidupan sehari-hari manusia, karena tidak ada hari dilewatkan tanpa berurusan dengan pakaian. Selain memegang peranan penting terhadap manusia, pakaian juga memiliki tanggung jawab dan peranan besar pada lingkungan yang kita tinggali. Isu hari ini adalah tentang bagaimana mempertanggung jawabkan pakaian yang kita kenakan hingga kembali ke alam karena sesungguhnya, pembuatan pakaian sangat bergantung pada ketersediaan sumber daya alam. Fast fashion sudah menjadi hal yang tidak asing lagi dalam industri pakaian. Tren ini sama cepatnya dengan perubahan gaya hidup konsumen di era globalisasi ini. Dalam 15 tahun terakhir, produksi pakaian meningkat sekitar dua kali lipat didorong oleh pertumbuhan populasi kelas menengah di seluruh dunia.
Kampanye adalah sebuah tindakan dan usaha yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian. Maka, kampanye adalah media yang tepat untuk menginformasikan kepada masyarakat Indonesia terutama para penggiat fashion mengenai isu yang diangkat.
Kampanye Pila Pili hadir untuk menjadi awareness bagi masyarakat Indonesia dengan barometer agar masyarakat Indonesia dapat mengetahui seberapa berpengaruhnya pakaian yang mereka pilih dan kenakan pada lingkungan sekitar dan meningkatkan kepedulian masyarakat untuk lebih bijak dalam memilah dan memilih pakaian karena kita semua memiliki tanggung jawab kepada lingkungan. Media yang dipilih untuk berkampanye adalah Instagram dan digital zine sebagai media pendukung serta totebag dan pouch sebagai merchandise.
Gagasan Khusus
Gagasan khusus dari penciptaan ini adalah untuk menjadi awareness bagi target yang sudah ditentukan sebelumnya. Pada proses perancangannya, kampanye akan menggunakan strategi dan ingin menjadi pengingat bagi masyarakat dalam kebiasaan mereka membeli pakaian.
Desain dalam rangkaian kampanye ini mengadaptasi dari point-point yang didapat dari topik itu sendiri yaitu mengenai fashion yang sustainable atau ramah terhadap lingkungan. Maka dari itu, pada setiap desain akan mengadaptasi kata kunci “clean”, dinamis, dan modern.
Konsep Visual
Konsep visual untuk kampanye ini adalah “clean”, dinamis, dan modern yang diadaptasi dari rata-rata kebanyakan pakaian slow fashion yang tidak banyak menggunakan elemen – elemen tambahan atau dekoratif. Sedangkan dinamis dan modern diimplementasikan kepada logo kampanye dengan penggunaan huruf sans serif dan serif secara acak. Konsep visual ini digunakan di setiap media hingga merchandise Pila Pili untuk menjaga konsistensi dan ke-khas-an kampanye ini agar mudah melekat pada target audiens. Dalam penerapannya di media utama yaitu Instagram, media pendukung yaitu digital zine, dan media tambahan seperti tote bag dan pouch sebagai merchandise.
Proses Perancangan
Pra Produksi
Dalam merancang kampanye digital, kita memulai proses pengerjaan dari tahap pra- produksi. Pra-produksi adalah proses perencanaan proyek sebelum memasuki tahap produksi.
Moodboard
Moodboard adalah jenis kolase yang terdiri dari gambar, teks, dan sampel objek dalam suatu komposisi. Ini dapat didasarkan pada topik tertentu atau materi apapun yang dipilih secara acak. Moodboard dapat digunakan untuk menyampaikan ide umum atau perasaan tentang topik tertentu. Moodboard yang dipilih disesuaikan dengan target yang ditentukan. Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa konsep visual ditekankan dengan karakter pakaian – pakaian slow fashion karena diadaptasi dari tema kampanye itu sendiri, dan dengan warna yang telah dipilih yang dapat merepresentasikan kampanye ini.
Desain Identitas
Dari hasil mapping kata kata kunci mengenai slow fashion, ada dua penekanan yang menggarisbawahi kampanye Pila Pili ini, yaitu pada nama kampanye itu sendiri. Kata “Pila” diambil dari kata memilah yang memiliki arti bahwa masyarakat harus memulai kebiasaan mengatur pakaian kedalam bagian tertentu, memisahkan serta membagikan. Sedangkan kata “Pili” diambil dari kata memilih yang memiliki arti menentukan, mencari, atau memisah-misahkan. Dengan penggabungan dua kata tersebut menjadi Pila Pili, penulis berharap bahwa dengan adanya kampanye ini, masyarakat dapat meningkat kesadarannya dalam mengkonsumsi pakaian secara bijak. Kebiasan memilah dan memilih diharapkan dapat melekat pada masyarakat Indonesia demi kelangsungan lingkungan hidup sekitar.
Pengaplikasian Logo
Logo Pilapili dapat diaplikasikan dengan beberapa cara berbeda pada media-media yang ada. Kata Pila dan Pili pada logo itu sendiri juga dapat diletakkan secara terpisah seperti hanya “Pila” atau “Pili” saja.
Spesifikasi Kampanye Digital
E-poster berukuran 1000×1000 px dengan penggunaan margin atas, bawah, kanan, dan kiri masing-masing 1cm. Dengan penggunaan margin yang sama di setiap sisi, bertujuan agar dapat dinamis meletakkan komposisi namun ada batasannya sehingga terdapat clear area.
Penggunaan Instagram sebagai media utama dalam rangkaian kampanye ini dilatarbelakangi oleh target audiens yang notabene menggunakan Instagram sebagai sosial media utama dalam mereka menerima dan membagikan informasi.
Spesifikasi Layout Digital Zine
Dalam pengaturan tata letak digital zine ini menggunakan 12 kolom dengan margin atas, luar, dan dalam 20 mm. Menggunakan baseline grid agar sistem layout dapat dieksplor menjadi lebih dinamis.
Sumber Pustaka/ link
Caniato, Federico, et al. “Environmental sustainability in fashion supply chains: An exploratory case based research.” International journal of production economics 135.2 (2012): 659-670.
Cobbing, Madelein; Vicaire, Yannick. Greenpeace. 2018. Timeout For Fast Fashion.
Davis, Becky; Ding, Lilian. 2018. China’s Waste: Import Ban Upends Global Recycling Industry.
Li, Yongjian, et al. “Governance of sustainable supply chains in the fast fashion industry.” European Management Journal 32.5 (2014): 823-836.
MacArthur, Ellen. 2017. A New Textiles Economy: Redesigning Fashion’s Future.
MacArthur, Ellen. 2017. Make Fashion Circular.
Secondary Materials And Recycled Textiles, SMART Association. 2018. Who Is SMART.
Shen, Bin. “Sustainable fashion supply chain: Lessons from H&M.” Sustainability 6.9 (2014): 6236-6249.
Turker, Duygu, and Ceren Altuntas. “Sustainable supply chain management in the fast fashion industry: An analysis of corporate reports.” European Management Journal 32.5 (2014): 837-849.