Benda-Benda Bekas Banjir Sebagai Media Eksplorasi Karya Seni Lukis (Studi Kasus Kampung Pulo)
Detail Karya
Karya I
Judul : Sampah Kenangan Banjir Vol. 1 (Dispenser dan Galon)
Teknik : Akrilik di atas Dispenser dan Galon
Tahun : 2020
Karya ini merupakan sebuah respon atau tanggapan kepada masyarakat dalam menjaga lingkungannya sendiri serta sebuah kritikan untuk mulai berkaca dan melihat ke dalam diri sendiri. Bencana banjir itu utamanya terjadi akibat dari ulah masyarakatnya sendiri. Gaya lukisan yang digunakan adalah gaya pop art dan bentuk dekoratif, yaitu penyederhanaan bentuk yang memberi kesan lebih indah.
Pada objek galon, terdapat beberapa figur manusia yang merepresentasikan masyarakat itu sendiri, dan pada bagian kepalanya terdapat berbagai objek utama, seperti rumah, dedauanan dan berbagai benda-benda yang terdapat di alam. Hal ini menggambarkan pemikiran masyarakat yang terbebani oleh masalah sampah dan banjir. Rumah-rumah itu menggambarkan lingkungan kumuh padat penduduk yang sedang dilanda banjir dan alur-alur air di sekitar figur menggambarkan keadaan musim hujan. Pada bagian bawah galon terdapat juga gelombang-gelombang air yang merepresentasikan aliran banjir yang juga menenggelamkan sebagian objek figur manusia.
Pada bagian dispenser, terdapat berbagai objek yang berupa penyederhanaan bentuk dari berbagai mikroorganisme seperti kuman, bakteri, dan virus, yang terbawa oleh air kotor ketika banjir. Mikroorganisme ini akan menjadi sumber penyakit dan akhirnya merugikan masyarakat itu sendiri. Dispenser pada karya ini merepresentasikan sebuah luapan aliran air banjir yang menghanyutkan berbagai tanaman dan beraneka benda-benda yang dilaluinya serta membawa berbagai kuman penyakit. Warna pada air banjir yang semestinya cokelat, diubah menjadi biru tua untuk menghilangkan kesan kotor dan memberi kesan lebih cerah.
Pemilihan warna-warna cerah (pop art) pada karya ini seperti biru, jingga, hijau, ungu, dan sebagainya, ditujukan guna mengubah pandangan masyarakat akan kenangan kelam tentang banjir menjadi sesuatu yang lebih indah dan menyegarkan untuk dilihat. Warna-warna hijau pada lukisan mengisyaratkan kritikan dari penulis bagi masyarakat untuk lebih menjaga kebersihan lingkungan dan mulai melakukan gerakan menanam pohon yang bermanfaat bagi lingkungan. Warna jingga pada latar memberi kesan kegembiraan yang akan membantu memberikan kekuatan emosional dalam melewati kekecewaan dan keputusasaan. Warna jingga juga mampu memberikan motivasi untuk melihat sisi terang kehidupan.
Karya II
Judul : Sampah Kenangan Banjir Vol. 2 (Gelas)
Teknik : Akrilik di atas Gelas
Tahun : 2020
Karya ini termasuk ke dalam karya tiga dimensi. Gaya lukisan yang digunakan adalah gaya pop art dengan warna-warna cerah yang akan menghilangkan kesan kotor dan jorok serta deformasi bentuk, yaitu penyederhanaan bentuk yang memberi kesan lebih indah.
Pada karya ini terdapat lima buah gelas di mana masing-masing sisi gelas terdapat dua figur manusia, sehingga total menjadi sepuluh objek figur. Pada bagian kepala tiap figur diubah menjadi berbagai bentuk benda-benda alam, seperti tumbuhan, dedaunan dan sebagainya. Hal ini merepresentasikan figur sebagai masyarakat yang terbebani oleh masalah sampah yang menyebabkan bencana banjir. Pemilihan warna untuk objek-objek pada bagian kepala menggunakan warna-warna cerah guna memberi kesan lebih indah.
Pada bagian atas gelas terdapat objek-objek berupa penyederhanaan bentuk dari mikroorganisme yang terbawa oleh banjir yaitu kuman dan bakteri. Objek-objek ini dibuat lebih sederhana guna menghilangkan kesan kotor dan suram.
Pemilihan warna latar pada gelas menggunakan warna analogus atau warna-warna yang berdekatan yaitu warna biru ke hijau guna memberikan kesinambungan antar gelas. Warna-warna analogus tersebut merupakan warna-warna alam yang memberi kesan alami dan segar. Hal ini guna mengubah perspektif masyarakat dalam menyikapi bencana alam banjir.
Karya III
Judul : Sampah Kenangan Banjir Vol. 3 (Laptop)
Teknik : Akrilik di atas Laptop
Tahun : 2020
Karya ini sebagai bentuk teguran dan pengingat dari penulis, bahwa banjir itu adalah sesuatu yang kotor dan jorok serta bisa menjadi sumber berbagai penyakit. Selain itu juga agar masyarakat lebih sadar dan lebih peduli terhadap lingkungan. Gaya lukisan yang digunakan adalah gaya pop art yang menggunakan warna-warna cerah dan deformasi bentuk, yaitu penyederhanaan bentuk yang memberi kesan lebih indah.
Pada karya ini penulis ingin memvisualisasikan dampak yang terjadi setelah banjir, yaitu lingkungan yang kotor berantakan dan dipenuhi berbagai sampah, kuman dan benda-benda asing lainnya. Pada karya ini digambarkan berbagai objek utama, yaitu mikroorganisme seperti kuman, bakteri dan jamur pada lingkungan bekas banjir. Penempatan objek dibuat tidak beraturan atau acak, menandakan banyaknya bakteri dan jamur tersebut yang bisa tersebar di mana saja di setiap tempat yang kotor. Pada layar laptop terlihat jelas akar-akar jamur yang bergelombang dan melekat pada layar, menandakan kehidupan jamur yang mudah berkembang biak dalam lingkungan yang kotor dan menjadi sarang penyakit.
Lingkungan yang kotor identik dengan warna cokelat pada lumpur dan hijau tua pada lumut. Tetapi dalam karya ini pemilihan warna latar adalah gradasi dari warna-warna dingin, yaitu ungu, biru, dan hijau, bertujuan untuk memberi kesan cerah dan segar. Warna-warna pada tiap objek menggunakan warna-warna yang cerah seperti biru, hijau, merah muda, kuning, jingga dan sebagainya guna memberi kesan lebih segar dan menyengkan ketika dilihat mata. Hal ini bertujuan untuk dapat mengubah pandangan masyarakat terhadap banjir yang aslinya kotor dan jorok serta menjadi berbagai sumber penyakit menjadi sesuatu yang indah,segar dan menyenangkan untuk di lihat.
Karya IV
Judul : Sampah Kenangan Banjir Vol. 4 (Piring)
Teknik : Akrilik di atas Piring
Tahun : 2020
Pada karya ini media yang digunakan berupa empat buah piring yang saling berhubungan satu sama lain. Visualisasi pada karya merupakan kondisi yang dialami oleh masyarakat ketika musim penghujan datang dan tingginya curah hujan sehingga mulai terjadi banjir. Saat banjir sudah mulai naik, masyarakat di lingkungan yang kerap kali terjadi banjir akan segera memindahkan barang-barang seperti barang elektronik, pakaian, perabotan rumah tangga yang dimilikinya ke tempat yang lebih aman agar barang tidak kotor dan hanyut terbawa oleh banjir. Hal ini juga mencerminkan kebiasaan warga yang tinggal di bantaran sungai yang tidak memperdulikan hal-hal tersebut sehingga dapat merugikan dan melukai dirinya sendiri.
Karya ini juga berupa sebuah teguran kepada masyarakat untuk bisa mulai bertindak atas masalah banjir yang dihadapi untuk mengurangi beban ketika musim penghujan datang. Tindakan itu dapat berupa meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan yang tidak hanya dapat dilakukan ketika banjir sudah datang, seperti membuang sampah pada tempatnya dan melakukan reboisasi atau penanaman kembali pohon di beberapa wilayah tertentu. Selain itu untuk segera mencari tempat tinggal baru guna mengurangi populasi masyarakat di lingkungan-lingkungan kumuh padat penduduk dan mengurangi beban masyarakat itu sendiri.
Pada permukaan piring terdapat figur manusia yang diberatkan oleh beban-beban pemikiran akan banjir di kepala dan kedua sisinya. Objek-objek tersebut berupa sampah-sampah yang hanyut terbawa banjir, benda-denda yang terdapat di alam seperti dedaunan, ranting, kayu, bakteri dan kuman penyakit serta benda-benda asing lainnya. Hal-hal ini tentunya menjadi beban pemikiran masyarakat setiap kali banjir datang. Saking banyaknya pikiran yang membebani sampai-sampai beban itu menjalar ke dua arah di sisi figur tersebut.
Pada bagian bawah terdapat gelombang-gelombang air yang menutupi bagian bawah figur, hal ini menggambarkan air yang mulai naik sampai ke atas lutut warga ketika musim penghujan datang dan curah hujan tinggi. Air itu yang nantinya akan menjadi banjir yang besar dan menghanyutkan barang-barang serta membawa sumber penyakit. Pemilihan warna pada gelombang air adalah warna-warna anologus yaitu warna-warna dari biru ke ungu guna memberikan rasa ceria dan indah serta menyenangkan untuk dipandang. Hal ini bertujuan untuk mengubah perspektif masyarakat terhadap banjir yang suram dan penuh dengan kesedihan.
Pada objek-objek beban yang dibawa oleh figur menggunakan warna-warna cerah seperti hijau, kuning, biru, merah muda, untuk memberi kesan segar dan ceria. Warna hijau dan biru menunjukkan warna-warna alam sehingga memberi kesan tenang, cerah dan menyegarkan, berbeda dengan realita benda-benda itu sendiri yang pada dasarnya kotor dan jorok. Warna latar pada piring menggunakan warna analogus merah muda dan jingga, guna memberi kesan hangat, semangat, kelembutan dan keindahan ketika kita melihatnya.
Karya V
Judul : Sampah Kenangan Banjir Vol. 5 (Televisi)
Teknik : Akrilik di atas Televisi
Tahun : 2020
Pada karya ini, media yang digunakan adalah televisi yang memiliki dua sisi yaitu sisi depan dan belakang. Visualisasi pada layar depan televisi adalah sebuah figur yang sedang terombang-ambing pada garis-garis gelombang horizontal yang merupakan visualisasi dari bencana banjir. Pada layar kaca juga terdapat beberapa objek seperti ikan, batu, akar-akar tanaman dan benda-benda lain yang ikut hanyut terbawa oleh banjir. Semua objek itu berada di tengah dan menjadi objek utama dari karya tersebut. Di bagian atas dan bawah terdapat mata-mata yang melihat dan fokus pada objek utama, hal ini menggambarkan masyarakat-masyarakat di Indonesia yang tengah menyaksikan situasi banjir pada kabar berita yang tidak dapat membantu lebih dan hanya bisa melihat dari kejauhan.
Visualisasi tersebut merupakan sebuah bentuk sindiran kepada masyarakat di lingkungan yang sering terjadi banjir, bahwa apa yang mereka tuai, itulah yang mereka dapat. Orang lain tidak dapat melakukan apapun untuk mencegah banjir itu terjadi selain mereka sendiri, karena pada kenyataannya banjir itu disebabkan oleh ulah masyarakat di lingkungan itu sendiri. Segala beban dan kerusakan yang di derita merupakan sesuatu yang harus ditanggung masyarakat itu sendiri jika mereka tidak mulai sadar dan lebih memperdulikan lingkungan tempat tinggalnya.
Pada sisi belakang televisi, tidak jauh berbeda dengan sisi depan. Figur di bagian tengah merupakan objek utama dari karya tersebut. Figur yang tengah hanyut pada gelombang-gelombang air banjir itu menggambarkan dirinya yang tidak jauh berbeda dengan sampah yang ikut hanyut terbawa arus. Hal ini juga merupakan sebuah sindiran bagi masyarakat yang tinggal di wilayah yang sering terjadi banjir, karena tidak melakukan perubahan atas dirinya dan keluarganya sendiri, yang tidak peduli kepada lingkungan sehingga harus menanggung beban tiap kali banjir itu datang. Makhluk hidup lain seperti tanaman dan pohon-pohon yang tersisa juga dapat merasakan dampak dari banjir ini. Pada bagian belakang televisi juga terdapat gelombang awan di bagian atas yang menunjukkan musim penghujan yang datang hampir setiap tahun. Pemilihan warna tidak jauh berbeda dengan sisi depan, yaitu dengan warna-warna cerah dan ceria guna mengubah pandangan masyarakat yang melihat dalam menyikapi bencana banjir.
Karya VI
Judul : Sampah Kenangan Banjir Vol. 6 (Rice Cooker I)
Teknik : Akrilik di atas Rice Cooker
Tahun : 2020
Pada karya ini, media yang digunakan adalah rice cooker atau penanak nasi. Pada bagian sisi rice cooker terdapat empat objek figur di sekelilingnya. Pada bagian kepala setiap figur terdapat berbagai objek seperti sampah, dedaunan, akar-akar tanaman, kayu, kuman dan bakteri serta berbagai benda lainnya yang dapat hanyut terbawa banjir. Hal ini menggambarkan beban pikiran yang dirasakan oleh masyarakat di lingkungan yang sering terjadi banjir itu sendiri.
Sindiran tentang bagaimana mereka menanggung beban akibat ulah mereka sendiri yang kurang memperhatikan lingkungan dan masalah sampah. Karya ini diharap dapat lebih menjaga lingkungan tempat tinggalnya, seperti mulai dengan membuang sampah pada tempatnya, gotong-royong membersihkan saluran-saluran pembuangan, hingga mulai mencari tempat tinggal baru untuk mengurangi populasi padat penduduk di wilayah yang sering terjadi banjir.
Gaya pada lukisan ini adalah gaya pop art yang menggunakan warna-warna cerah dan deformasi bentuk, yaitu penyederhanaan bentuk yang memberi kesan ceria dan lebih indah dipandang. Warna latar pada karya ini adalah warna hijau ke biruan yang memberikan nuansa dingin dan tenang. Beberapa objek juga diberi warna cerah hijau dan biru, serta warna-warna komplementer seperti jingga, kuning, dan merah muda untuk memberi kontras pada objek utama dan memberi kesan segar dan menonjol pada karya. Warna-warna tersebut merupakan warna-warna alam yang membuat karya ini lebih terlihat menyegarkan dan alami, sehingga mengubah pandangan masyarakat mengenai banjir yang lazimnya kotor, jorok dan suram.
Karya VII
Judul : Sampah Kenangan Banjir Vol. 7 (Rice Cooker)
Teknik : Akrilik di atas Rice Cooker
Tahun : 2020
Media yang digunakan pada karya ini adalah rice cooker atau penanak nasi. Visualisasi yang ditunjukkan pada karya ini adalah bagaimana masyarakat menanggung beban yang ditimbulkan akibat sampah dan banjir. Terdapat empat figur di sekeliling sisi rice cooker, yang memikirkan banyak hal di kepalanya berkaitan dengan bencana banjir. Hal-hal itu dapat berupa tanaman, dedaunan, akar-akaran, mikroorganisme kecil dan berbagai benda lainnya yang ikut hanyut terbawa banjir.
Karya ini bertujuan untuk mengingatkan masyarakat akan dampak banjir yang akan ditanggung oleh masyarakat itu sendiri jika hal ini tidak segera ditangani, atau tidak munculnya rasa kesadaran masyarakat untuk menemukan kehidupan yang lebih baik. Jika banjir sudah sangat mustahil untuk ditangani, masyarakat dapat menggunakan cara lain untuk menghindari banjir, yaitu dengan cara mencari tempat tinggal lain yang jauh dari wilayah banjir guna mengurangi kepadatan penduduk di lingkungan kumuh. Dengan kesadaran tiap individu untuk menemukan tempat tinggal lain juga merupakan upaya penanggulangan banjir.
Warna latar yang digunakan pada rice cooker adalah gradasi warna analogus yaitu merah muda, ungu dan jingga. Warna-warna tersebut dapat memberikan kesan hangat, rasa semangat, kelembutan dan keindahan ketika kita melihatnya. Warna-warna pada objek dibuat kontras dengan warna-warna dingin yang cerah seperti biru, hijau, jingga, dan kuning. Hal ini dapat menonjolkan objek utama yaitu beban pikiran masyarakat, termasuk didalamnya benda-benda yang hanyut bersama banjir, tanaman, tumbuhan dan berbagai mikroorganisme kecil yang membawa penyakit. Warna-warna pop art yang dipilih bertujuan untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap bencana banjir. Warna-warna tersebut memberikan nuansa positif dan keindahan ketika melihatnya. Penulis ingin memberikan kritik melalui karya lukis dengan cara yang menarik dan indah.
Karya VIII
Judul : Sampah Kenangan Banjir Vol. 8 (Koper)
Teknik : Akrilik di atas Koper
Tahun : 2020
Media yang digunakan pada karya ini adalah koper. Visualisasi yang digambarkan pada setiap sisi adalah mikroorganisme kecil seperti kuman dan bakteri yang telah berkembang biak dan tumbuh menjadi lebih besar dan ganas. Mikroorganisme yang terbawa oleh aliran banjir ini dapat muncul dan menempel di mana saja dan menyebabkan berbagai macam penyakit, diantaranya penyakit gatal-gatal, penyakit kulit, diare dan sebagainya. Penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang biasa menyerang warga yang tinggal di wilayah kumuh yang sering terjadi banjir. Penyakit-penyakit tersebut tentulah bukan penyakit sepele yang bisa dibiarkan terjadi terus-menerus.
Melalui karya ini diharapkan masyarakat akan sadar akan pentingnya kesehatan dan mulai menjaga kebersihan, melakukan gotong-royong, dan upaya lain guna mengatasi masalah banjir tersebut. Beberapa objek visualisasi kuman yang mirip dengan manusia ini bertujuan untuk memberikan kritikan terhadap masyarakat, bahwa sumber penyakit dan kerugian yang di alami akibat banjir ini bukan hanya diakibatkan oleh kuman dan bakteri, tapi oleh manusia itu sendiri yang tidak menjaga lingkungan sehingga menyebabkan banjir. Gelombang-gelombang horizontal di sisi samping koper merupakan gambaran dari aliran air banjir. Terdapat juga beberapa objek yang ikut hanyut dalam banjir seperti tanaman, dedaunan, kayu, sampah dan sebagainya.
Warna-warna yang digunakan adalah warna pop art yaitu warna-warna cerah guna memberikan kesan berbeda, yaitu kesan hangat, ceria dan indah. Warna latar biru memberi kesan alami, tenang, dan menyenangkan.