Siaran Pers ANIMAKINI 2019 : Kembangkan Hasil Riset Animasi, ANIMAKINI 2019 Siap Majukan Industri Animasi Indonesia
Dalam upaya meningkatkan kesadaran nilai-nilai budaya yang dimiliki Indonesia dan untuk menggali potensi ekonomi khususnya sub sektor animasi dan sub sektor Fashion. Kegiatan Animasi Cikini (ANIMAKINI) dan Cikini Fashion Festival (CIFFEST) yang dikelola oleh Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta bekerjasama dengan Bekraf Creative Labs (BCL) diselenggarakan kembali di tahun 2019, sebagai wadah temu kreatif untuk mensinergikan stakeholder dan pelaku dalam ekosistem industri kreatif sub sektor Animasi dan subsektor Fashion, mulai dari sekolah, kampus, pusat kursus, UKM, hingga industri besar.
Salah satu kegiatan dari BCL yang diselenggarakan pada Kamis, (19/09) ANIMAKINI, merupakan kegiatan yang memfokuskan pada hasil riset dan pengembangan animasi di Indonesia terkait dengan dunia akademik untuk mendukung kemajuan industri animasi Indonesia. Dekan Fakultas Seni Rupa (FSR) Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Dr. Indah Tjahjawulan menjelaskan, “Kegiatan dari ANIMAKINI 2019 diantaranya ada seminar akademik yang berlangsung pada pukul 09.00-12.00 WIB, Seminar Utama dan Seminar Industri pada jam 13.00-15.00 WIB di Teater Jakarta dan Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM)”, jelasnya, pada Jumat (20/09) di Teater Jakarta, TIM.
Selanjutnya, Dr. Indah Tjahjawulan memaparkan pada seminar Akademik terdiri dari tiga pembicara, “Profesor Suyanto (Rektor Universitas AMIKOM Yogyakarta) yang mempresentasikan Riset dan Pengembangan animasi Ajisaka, kemudian DR. Intan R. Mutiaz, Kepala Program Studi Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Bandung, yang mempresentasikan Animasi berbasis riset dan visual teknologi: immersion dan virtual reality, dan Fajar Nuswantoro, M.Sn, CEO Kulstori yang membawakan tema tentang Strategi dan monetizing konten animasi menembus stasiun TV dan channel Youtube dengan tokoh Bilu Mela, Riska dan Gembul, dan Abi dan Caca”, papar Dr. Indah Tjahjawulan.
Selain itu, saat Seminar utama berlangsung di Teater Jakarta di Teater Kecil, TIM juga diadakan Seminar Nasional berupa presentasi yang dilakukan oleh 10 panelis terpilih yang makalah penelitiannya terkait dengan animasi dan desain yang diseleksi oleh tim Asosiasi Program Studi DKV Indonesia (ASPRODI).
“Dalam waktu bersamaan pukul 13.00-15.00 WIB di Teater Jakarta berlangsung seminar industri, dengan pembicara diantaranya Chandra Endroputro (Peraih penghargaan FFI 2015 kategori animasi dengan film animasi GWK) saat ini sebagai Sutradara Animasi Tempo Animation (Temotion), membawakan tema riset dan pengembangan cerita animasi bertema Nusantara. Dilanjutkan oleh Aditya Triantoro, Chief Executive Officer (CEO) The Little Giantz Studio yang mempresentasikan tentang strategi pengembangan bisnis animasi Nussa”, ungkap Dr. Indah Tjahjawulan.
Kemudian, seminar Industri juga diisi oleh Mohammad Taufiq (Emte), seorang ilustrator yang merupakan alumni Desain Komunikasi Visual (DKV) IKJ. Perlu diketahui, Mohammad Taufiq (Emte) telah banyak menggarap ilustrasi untuk kebutuhan cover buku dibeberapa penerbitan dan agensi. Bahkan pada pertengahan 2019 lalu alumni DKV IKJ tersebut berhasil masuk dalam 5 terbaik Katapel Bekraf ajang inkubasi pengembangan bisnis Intelectual Property (IP) yang dipresentasikan dengan tema Strategi pengembangan IP Si Gugug! dari komik menuju Animasi.
Pada 15.00-18.00 dilangsungkan pengumuman pemenang dan penayangan animasi terpilih karya tugas akhir mahasiswa dan pelajar peserta lomba yang mengangkat tema Eksplorasi Cerita Nusantara. “Dari total kesuluruhan 65 peserta lomba, ANIMAKINI 2019 mencoba mewadahi karya animasi tingkat pelajar dan mahasiswa sehingga bisa mengumpulkan hasil karya dari berbagai sekolah dan kampus di seluruh Indonesia. Kedepannya dengan adanya lomba karya animasi pada ajang Animakini diharapkan bisa menjadi daya tarik untuk bisa bekerjasama dengan stasiun TV atau institusi terkait publikasi. Untuk bisa ditayangkan atau direkomendasikan dalam lomba tingkat Asia atau global, serta para peserta terbaik dari kategori 2d dan 3d animasi dapat berkolaborasi dengan lembaga lainnya”, ujar Dr. Indah Tjahjawulan.
Dr. Indah Tjahjawulan berharap hasil dari kegiatan Animakini 2019 adalah penelitian para pemakalah bisa menjadi rujukan dalam riset dan pengembangan animasi dari akademik untuk kebutuhan industri. Ini disebakan dari dunia industri animasi bisa memberikan transfer ilmu ke generasi dunia pendidikan baik di tingkat Sekolah maupun Perguruan Tinggi.
“Sehingga, kedepannya hasil riset bisa disimulasikan dalam standar kerja yang baik dan terukur. Diharapkan lembaga Pemerintah dapat membantu untuk memfasilitasi dan mendukung data yang terkumpul, terkait hasil penelitian dan karya animasi terpilih. Semoga bisa dikembangkan ke tahap selanjutnya atau dikolaborasikan dengan sub sektor industri kreatif lainnya, dipublikasikan dan direkomendasikan ke tingkat internasional. Kemudian, data yang terkumpul bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk kemajuan animasi di Indonesia. Dengan demikian konsep Pentahelix dalam ekonomi kreatif bisa dijalankan”, ujar Dr. Indah Tjahjawulan, Dekan FSR IKJ.
Sementara itu, Dr. Ir. Wawan Rusiawan, M.M, Direktur Riset dan Pengembangan Ekonomi Kreatif, memaparkan tentang perkembangan Subsektor Animasi di Indoneia, “Ada 16 Subsektor dalam Ekonomi kreatif. Lalu dikelompokan menjadi Subsektor Prioritas, Subsektor Unggulan dan Subsektor dengan Pertumbuhan Tertinggi. Untuk Subsektor Prioritas diantaranya adalah film, animasi, video aplikasi & game musik, sedangkan untuk Subsektor Unggulan terdapat kuliner fashion dan kriya. Kemudian, Subsektor dengan pertumbuhan tertinggi adalah TV & Radio, Seni Pertujukan, Film, Animasi, Video Aplikasi & Game DKV. Bahkan, dalam statistik ekonomi kreatif; kontribusi film, animasi & video terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif telah berkontribusi sebesar 0,18% atau senilai Rp. 1,808 Triliun”, tutup Dr. Ir. Wawan Rusiawan, M.M.